Metroterkini.com - Pemerintah Jepang mengumumkan pada Selasa, (13/4/2021) bahwa akan membuang lebih dari satu juta ton limbah yang terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Samudra Pasifik.
Rencana ini dilakukan setelah kira-kira 1,25 juta ton air yang terkumpul di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima tak lagi mampu ditampung.
Pada 2011 silam, gempa bumi berkekuatan 9 skala richter dan tsunami melanda Jepang. Bencana tersebut menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan kehancuran di tiga enam reaktor pembangkit listrik di Fukushima Daiici, serta memicu bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl.
Untuk menjaga inti reaktor yang tersisa agak tak mencair, pejabat Tokyo Electric Power Company (TEPCO) kemudian memompa hampir 200 ton air pendingin melalui situs tersebut setiap hari.
Mengutip Live Science, Kamis (15/4/2021) air limbah yang terkontaminasi itu disimpan di lebih dari 1000 tangki besar di lokasi yang sama dan secara otomatis disaring untuk mengilangkan sebagian besar bahan radioaktif. Namun kini setelah 10 tahun bencana TEPCO kehabisan ruangan untuk menyimpan air limbah.
Rapat kabinet pun kemudian menyetujui rencana pembuangan air limbah tersebut secara bertahap ke Samudra Pasifik.
Pembangkit nuklir di seluruh dunia sebenarnya secara rutin membuang air yang mengandung sejumlah kecil tritium ke laut. Juru bicara dari Departemen Luar Negeri AS pun menyebut pula kalau rencana tersebut sesuai dengan standar keamanan nuklir yang diterima secara global.
Tetapi, rencana itu telah banyak ditentang oleh warga Jepang dan negara tetangga. Satu kekhawatiran besar adalah klaim TEPCO tentang keamanan air mungkin salah.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science pada Agustus 2020 menemukan jejak beberapa isotop radioaktif lainnya di air limbah Fukushima, banyak di antaranya membutuhkan waktu lebih lama untuk berkurang dampak buruknya daripada tritium.
Beberapa dari bahan radioaktif tersebut mungkin telah masuk ke satwa liar setempat. Pada bulan Februari, media Jepang melaporkan bahwa pengiriman rockfish dihentikan setelah sampel yang ditangkap di dekat Fukushima ditemukan mengandung tingkat radioaktif cesium yang tidak aman.
Nelayan lokal juga sangat khawatir, bahwa membuang air limbah Fukushima ke laut dapat berdampak negatif pada industri mereka, yang telah menderita secara signifikan akibat bencana nuklir.
Menurut NPR, sebelum terjadi bencana tangkapan ikan di daerah tersebut hanya sekitar 17,5%. Nelayan khawatir bahwa pekerjaan mereka akan kembali terancam jika pemerintah melanjutkan pembuangan air limbah yang direncanakan itu.
Beberapa jam setelah pengumuman rencana tersebut, pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor pemerintah di Tokyo dan Fukushima. Juru bicara pemerintah dari China dan Korea Selatan juga mengutuk keputusan tersebut. [**]